JADIKAN HIDUP LEBIH MUDAH
A. Latar Belakang
Jiwa wirausaha diharapkan menjadi kerangka berpikir (mind set) generasi muda di tengah keterbatasan pemerintah dalam penyediaan lapangan kerja saat ini. Gubernur Jabar, Ahmad Heryawan, saat membuka Cooperative Fair ke-5 dalam rangka peringatan Hari Koperasi ke-61 dan pameran produk KUKM bersertifikat halal, meminta gerakan koperasi di Jabar bersama Dinas Pendidikan dan Kadin Jabar untuk mengkaji program pendidikan kewirausahaan dalam pendidikan SMP dan SMU serta PT (Pikiran Rakyat, 4/7/08).
Seruan tersebut kiranya sangat relevan dan patut direspons secara konkret, karena kewirausahaan menekankan pembentukan cara berpikir. Generasi muda yang sekarang sedang bersekolah itu kelak diharapkan mempunyai cara pandang (perspektif) baru sehingga membawa perubahan dalam menghadapi kenyataan hidup. Pendidikan kewirausahaan makin banyak diminati mahasiswa. Sejumlah perguruan tinggi dan sekolah menengah telah mempraktikkan kegiatan kewirausahaan dengan antusias. Di SMP Citra Kasih, Jakarta Barat, misalnya, yang bernaung di bawah Grup Ciputra, telah diselenggarakan Entrepreneurship Days (Hari Kewirausahaan). Para murid menyiapkan rencana bisnis secara detail, mulai dari penganggaran, produksi, hingga pemasaran. Mereka mendapatkan pendampingan dan pengarahan dari para guru mereka (Kompas, 22/1/08).
Rencana bisnis itu kemudian dipresentasikan dengan penuh percaya diri dan semangat oleh para murid di hadapan para guru dan Vice President Kauffman Foundation, Judith Cone, yang tengah berkunjung ke sekolah mereka, Selasa (22/1). Kauffman Foundation merupakan yayasan berpusat di Amerika Serikat yang aktif menyelenggarakan dan menyebarluaskan program pendidikan kewirausahaan.

B. TINJAUAN PUSTAKA
B.1 Pengertian Wirausaha
Pengertian Kewirausahaan berasal dari kata enterpteneur yang berarti orang yang membeli barang dengan harga pasti meskipun orang itu belum mengetahui berapa harga barang yang akan dijual. Wirausaha sering juga disebut wiraswasta yang artinya sifat-sifat keberanian, keutamaan, keteladanan dalam mengambil resiko yang bersumber pada kemampuan sendiri. Meski demikian wirausaha dan wiraswasta sebenarnya memiliki arti yang berbeda . Wiraswasta tidak memiliki visi pengembangan usaha sedangkan wirausaha mampu terus berkembang dan mencoba usaha lainnya.
Istilah lainnya yang semakna dengan wirausaha adalah wiraswasta. Istilah wiraswasta lebih sering dipakai dan lebih dikenal daripada wirausaha. Padahal, keduanya bermakna sama dan merupakan padanan dari kata entrepreneur. Kata wiraswasta berasal dari gabungan wira-swa-sta dalam bahasa sansekerta. Wira berarti utama, gagah, luhur, berani, teladan, atau pejuang; swa berarti sendiri atau mandiri; sta berarti berdiri; swasta berarti berdiri ditas kaki sendiri atau dengan kata lain berdiri di atas kemampuan sendiri.
B.2 Penegrtian Wiraswasta
Secara etimologis, istilah wiraswasta berasal dari dua kata, yakni ‘wira’ dan ‘swasta’. Wira memiliki arti berani, utama, atau perkasa. Sedangkan swasta ternyata juga berasal dari dua kata, yakni ‘swa’ dan ‘sta’. Swa artinya sendiri, dan sta, berarti berdiri. Jadi, swasta bisa dimaknai berdiri di atas kekuatan sendiri. ( Wasty Soemanto, 1984 : 43 ).
Dengan melihat arti etimologis di atas bisa diambil pengertian wiraswasta ialah keberanian, keutamaan, atau keperkasaan dalam berusaha dengan bersandar pada kekuatan sendiri.
Di sini yang perlu diperjelas adalah makna ‘kekuatan sendiri’. Makna dari ‘kekuatan sendiri’ bukanlah kegiatan usaha yang dilaksanakan secara sendirian, melainkan lebih mengacu kepada sikap mental yang tidak bergantung pada orang lain. Dalam memecahkan masalah-masalah yang dihadapi, ia lebih mengandalkan pada kekuatan sendiri daripada minta bantuan orang lain. Jadi, pengertian ‘menggunakan kekuatan sendiri’ bisa dikenakan pada usaha sendiri maupun bekerja sebagai karyawan.
Istilah wirausaha atau wiraswasta merupakan terjemahan dari kata entrepreneur. Entrepreneur sendiri berasal dari bahasa Perancis yang kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dengan arti between taker atau go-between. Contoh yang sering digunakan untuk menggambarkan pengertian ‘go-between’ atau ‘perantara’ ini adalah pada saat Marcopolo yang mencoba merintis jalur pelayaran dagang ke timur jauh. Untuk melakukan perjalanan dagang tersebut, Marcopolo tidak menjual barangnya sendiri. Dia hanya membawa barang seorang pengusaha melalui penandatanganan kontrak.
Dia setuju menandatangani kontrak untuk menjual barang dari pengusaha tersebut. Dalam kontrak ini dinyatakan bahwa si pengusaha memberi pinjaman dagang kepada Marcopolo. Dari penjualan barang tersebut, Marcopolo mendapat bagian 25%, termasuk asuransi. Sedangkan pengusaha memperoleh keuntungan lebih dari 75%. Segala macam resiko dari perdagangan tersebut ditanggung oleh pedagang, dalam hal ini Marcopolo. Jadi, pada masa itu wiraswasta digambarkan sebagai usaha, dalam hal contoh ini perdagangan, yang menggunakan modal orang lain, dan memperoleh bagian ( yang lebih kecil daripada pemilik modal ) dari usaha tersebut. Di sini, segala resiko usaha tersebut menjadi tanggungan wiraswastawan. Pemilik modal tidak menanggung resiko apa pun.
Sekitar abad lima belas, pengertian entrepreneur mengalami pergeseran. Saat itu istilah entrepreneur dipakai untuk melukiskan seseorang yang memimpin proyek produksi. Berbeda dengan zamannya Marcopolo, orang ini tidak menanggung resiko apapun. Tetapi ia bertanggungjawab menyediakan sumber-sumber yang diperlukan. Entrepreneur pada masa ini berbentuk klerikal, yakni orang yang bertanggungjawab dalam pekerjaan arsitek, seperti untuk pekerjaan bangunan istana.
3 Tipe wirausaha
Menjadi wirausahawan mandiri
Untuk menjadi seorang wirausahawan mandiri, berbagai jenis modal mesti dimiliki. Ada 3 jenis modal utama yang menjadi syarat:
• Sumber daya internal
Yang merupakan bagian dari pribadi calon wirausahawan misalnya kepintaran, ketrampilan, kemampuan menganalisa dan menghitung risiko, keberanian atau visi jauh ke depan.
• Sumber daya eksternal
Misalnya uang yang cukup untuk membiayai modal usaha dan modal kerja, social network dan jalur demand/supply, dan lain sebagainya.
• Faktor X
Misalnya kesempatan dan keberuntungan. Seorang calon usahawan harus menghitung dengan seksama apakah ke-3 sumber daya ini ia miliki sebagai modal. Jika faktor-faktor itu dimilikinya, maka ia akan merasa optimis dan keputusan untuk membuat mimpi itu menjadi tunas-tunas kenyataan sebagai wirausahawan mandiri boleh mulai dipertimbangkan.
Jika 1 atau 2 jenis sumber daya tidak dimiliki, seorang calon wirausahawan bisa mencari partner/rekanan untuk membuat mimpi-mimpi itu jadi kenyataan. Rekanan yang ideal adalah rekanan yang memiliki sumber daya yang tidak dimilikinya sendiri sehingga ada keseimbangan ?modal/sumber daya? di antara mereka. Umumnya kerabat dan teman dekatlah yang dijadikan prospective partner yang utama sebelum mempertimbangkan pihak lainnya, seperti beberapa jenis institusi finansial diantaranya bank. Pilihan jenis mitra memiliki resiko tersendiri. Resiko terbesar yang harus dihadapi ketika berpartner dengan teman dekat adalah dipertaruhkannya persahabatan demi bisnis. Tidak sedikit keputusan bisnis mesti dibuat dengan profesionalisme tinggi dan menyebabkan persahabatan menjadi retak atau bahkan rusak. Jenis mitra bisnis lainnya adalah anggota keluarga, risiko yang dihadapi tidak banyak berbeda dengan teman dekat. Namun, bukan berarti bermitra dengan mereka tidak dapat dilakukan. Satu hal yang penting adalah memperhitungkan dan membicarakan semua risiko secara terbuka sebelum kerjasama bisnis dimulai sehingga jika konflik tidak dapat dihindarkan, maka sudah terbayang bagaimana cara menyelesaikannya sejak dini sebelum merusak bisnis itu sendiri.
Mitra bisnis lain yang lebih netral adalah bank atau institusi keuangan lainnya terutama jika modal menjadi masalah utama. Pinjaman pada bank dinilai lebih aman karena bank bisa membantu kita melihat secara makro apakah bisnis kita itu akan mengalami hambatan. Bank yang baik wajib melakukan inspeksi dan memeriksa studi kelayakan (feasibility study) yang kita ajukan. Penolakan dari bank dengan alasan ?tidak feasible? bisa merupakan feedback yang baik, apalagi jika kita bisa mendiskusikan dengan bagian kredit bank mengenai elemen apa saja yang dinilai ?tidak feasible?. Bank juga bisa membantu kita untuk memantau kegiatan usaha setiap tahun dan jika memang ada kesulitan di dalam perusahaan, bank akan mempertimbangkan untuk tidak meneruskan pinjamannya. Ini merupakan ?warning? dan kontrol yang bisa menyadarkan kita untuk segera berbenah. Wirausahawan yang ?memaksakan? bank untuk memberi pinjaman tanpa studi kelayakan yang obyektif dan benar akhirnya sering mengalami masalah yang lebih parah. Agunan (jaminan) disita, perusahaan tidak jalan, dan hilanglah harapan untuk membuat mimpi indah menjadi kenyataan. Kejadian seperti ini sudah sangat sering terjadi, dalam skala kecil maupun skala nasional. Pinjaman seringkali melanggar perhitungan normal yang semestinya diterapkan oleh bank sehingga ketika situasi ekonomi tidak mendukung, sendi perekonomian mikro dan makro pun turut terbawa jatuh.
Menjual mimpi itu kepada wirausahawan lain (pemilik modal) jika teman atau kerabat yang bisa diajak bekerjasama tidak tersedia (entah karena kita lebih menghargai hubungan kekerabatan atau persahabatan atau karena memang mereka tidak dalam posisi untuk membantu) dan tidak ada agunan yang bisa dijadikan jaminan untuk memulai usaha anda, ada cara lain yang lebih drastis, yaitu menjual ide atau mimpi indah itu kepada pemilik modal. Kesepakatan mengenai bagaimana bentuk kerjasama bisa dilakukan antara si pemilik modal dan penjual ide. Bisa saja pemilik modal yang memodali dan penjual ide yang menjalankan usaha itu, bisa juga penjual ide hanya menjual idenya dan tidak lagi terlibat dalam usaha itu. Jalan ini biasanya diambil sesudah cara lainnya tidak lagi memungkinkan sedangkan ide yang kita miliki memang sangat layak diperhitungkan.
Ketiga cara di atas selayaknya dipikirkan sebelum seseorang mengambil keputusan untuk menjadi wirausahawan. Tanpa pemikiran mendalam, pengalaman pahit akan menjadi makanan kita. Banyak usaha yang akhirnya gulung tikar sebelum berkembang. Contohnya, pada tahun 1998, penduduk Jakarta tentu masih ingat akan trend ?kafe tenda? sebagai reaksi atas Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) yang saat itu banyak terjadi. Tiba-tiba saja banyak mantan karyawan perusahaan beralih profesi menjadi wirausahawan. Bahkan usaha tersebut ramai-ramai diikuti oleh pula oleh para selebritis. Trend ini tidak mampu bertahan lama. Banyak ?usaha dadakan? ini terpaksa gulung tikar. Entah kemana para wirausahawan baru kita ini akhirnya menggantungkan nasibnya sekarang.
B.3 Tipe Wirausaha
Ada beberapa tipe kepribadian wira usaha yang perlu kita ketahui. Kita termasuk dalam tipe yang mana ? Kita perlu mengetahui hal ini agar kita bisa tahu apa yang kita butuhkan untuk sukses. Apakah kita memiliki tipe yang sama dengan Bill Gates yang visioner atau improver seperti Anita Roddick, pendiri Body Shop? Baca saja, tipe-tipe kepribadian seorang wirausaha di bawah ini.
B.4 Keperibadian Wirausaha
Sembilan Tipe Kepribadian wirausaha sebagai berikut:
1. The Improver
Kita memiliki kepribadian ini jika kita menjalankan bisnis dengan menonjolkan gaya improver alias ingin selalu memperbaiki. Kita menggunakan perusahaan yang kita miliki untuk memperbaiki dunia. Improver memiliki kemampuan yang kokoh dalam menjalankan wirausaha. Mereka juga memiliki intergritas dan etika yang tinggi.
Personality Alert: Waspadai sifat kita yang cenderung menjadi perfeksionis dan terlalu kritis terhadap karyawan dan pelanggan. Contoh Entrepreneur: Anita Roddick, pendiri The Body Shop.

2. The Advisor.
Tipe kepribadian wirausaha seperti ini bersedia memberikan bantuan dan saran tingkat tinggi bagi para pelanggannya. Motto dari advisor ini yaitu pelanggan adalah benar dan kita harus melakukan apa saja untuk menyenangkan mereka.
Personality Alert: Seorang advisor bisa jadi terlalu fokus pada kebutuhan bisnis mereka dan pelanggan, sehingga cenderung mengabaikan kebutuhan mereka sendiri dan bisa-bisa malah cape hati sendiri. Contoh Entrepreneur: John W. Nordstrom, pendiri Nordstorm.
3. The Superstar.
Inilah wirausaha yang pusatnya dikelilingi oleh karisma dan energi tinggi dari Sang CEO Superstar. Wirausaha dengan kepribadian seperti ini biasanya membangun usaha mereka dengan personal brand mereka sendiri.
Personality Alert: Wirausaha dengan tipe ini bisa menjadi terlalu kompetitif dan workaholics.
Contoh Entrepreneur: Donald Trump, CEO Trump Hotels & Casino Resorts.
4. The Artist.
Kepribadian wirausaha seperti ini biasanya senang menyendiri tapi memiliki kreativitas yang tinggi. Mereka biasanya sering kali ditemukan di bisnis yang membutuhkan kreativitas seperti ada perusahaan periklanan, web design, dll.
Personality Alert: Wirausaha tipe ini bisa jadi terlalu sensitif terhadap respon pelanggan kita, walaupun kritik dari mereka bersifat membangun.
Contoh Entrepreneur: Scott Adams, pendiri dan penggagas Dilbert.
5. The Visionary.
Sebuah usaha yang dibangun oleh seorang visioner biasanya berdasarkan visi masa depan dan pemikiran pendirinya. Anda memiliki keingintahuan yang tinggi untuk mengerti dunia di sekeliling Anda dan akan membuat rencana untuk menghindari segala macam rintangan.
Personality Alert: Seorang visioner bisa jadi terlalu fokus pada mimpi mereka dan kurang berpijak pada realitas. Dan jangan lupa, menyertai visi kita dengan melakukan tindakan nyata. Contoh Entrepreneur: Bill Gates, pendiri MicroSoft Inc.
6. The Analyst.
Jika kita menjalankan bisnis sebagai seorang analis, perusahaan kita biasanya memfokuskan pada penyelesaian masalah dalam suatu cara sistematis. Seringkali berbasis pada ilmu pengetahuan, keahlian teknis atau komputer, seorang analis perusahaan biasanya hebat dalam memecahkan masalah.
Personality Alert: Hati-hati dengan kelumpuhan analisa. Bekerjalah dengan mempercayai orang lain. Contoh Entrepreneur: Gordon Moore, pendiri Intel.
7. The Fireball.
Sebuah usaha yang dimiliki oleh si Bola Api ini biasanya dioperasikan dengan penuh hidup, energi dan optimisme. Pelanggan merasa perusahaan kita dijalankan dengan tingkah laku yang menyenangkan.
Personality Alert: Kita bisa jadi berkomitmen yang berlebihan terhadap tim kita dan bertingkah laku terlalu impulsif. Seimbangkan keimpulsivan kita dengan rencana bisnis.
Contoh Entrepreneur: Malcolm Forbes, penerbit dan pendiri Forbes Magazine.
8. The Hero.
Kita memiliki kemauan dan kemampuan yang luar biasa dalam memimpin dunia dan bisnis kita melalui segala macam tantangan. Kita adalah inti dari kewirausahaaan dan bisa mengumpulkan banyak perusahaan besar.
Personality Alert: Terlalu mengumbar janji dan menggunakan taktik kekuatan penuh untuk mendapatkan sesuatu dengan cara kita tidak akan berhasil dalam jangka waktu panjang. Untuk menjadi sukses, percayailah keterampilan kepemimpinan kita untuk menolong orang lain menemukan jalan mereka.
9. The Healer.
Jika kita adalah seorang 'penyembuh', kita bersifat pengasuh dan penjaga keharmonisan dalam usaha kita. Kita memiliki kemampuan bertahan yang luar biasa dan keteguhan disertai dengan ketenangan dari dalam.
Personality Alert: Karena sifat perhatian kita dan kepenyembuhan kita dalam menjalankan usaha, Kita bisa jadi menghindari realitas di luar sana dan selalu terlalu berharap. Gunakan skenario perencanaan untuk persiapan datangnya masalah.
Nah, dengan mengetahui 9 tipe kepribadian dalam menjalankan sebuah usaha, kita bisa lebih terarah dalam membangun bisnis . Tapi yang tak kalah pentingnya adalah pengetahuan mengenai seluk beluk bisnis itu sendiri, termasuk bagaimana cara memasarkannya.
C.5 Kelemahan Wirausaha Indonesia
Pertama, wirausaha belum dihargai sebagai layaknya suatu profesi yang penting dan membanggakan. Banyak sudah contoh wirausahawan sukses di Indonesia. Hanya saja, penghargaan dan perhatian yang tinggi terhadap seseorang yang mau merintis usaha tak begitu menggembirakan.
Kedua, di lingkungan keluarga, tak banyak orang tua yang memperkenalkan, mendorong, dan melatih entrepreneurship kepada anaknya. Masih banyak orang tua yang bangga melihat anaknya menjadi pegawai perusahaan atau negeri ketimbang menjadi seorang enterpreneur. Risiko menjadi seorang wirausahawan dinilai terlalu tinggi.
Ketiga, informasi tentang entrepreneur pun belum merata di tengah masyarakat. Padahal, sebagaimana lazimnya manusia, untuk memulai sesuatu orang butuh informasi yang memadai. Informasi yang akurat juga akan membuat orang bersemangat dalam berwirausaha. Ini di dunia nyata. Berbeda dengan di dunia online. Informasi-informasi seputar bisnis internet cukup berkembang akhir-akhir ini. Cuma saja, orang mesti berhati-hati, tak sedikit bisnis internet ini yang menipu. Sangat perlu untuk cermat memilih bisnis internet yang sehat.
Keempat, lembaga pendidikan di Indonesia tak mampu membentuk wawasan, sikap, dan mental produktif. Lembaga pendidikan kita tak mengajarkan makna dan manfaat ilmu pengetahuan secara jelas. Sehingga, tak jarang orang hanya taklid buta terhadap sebuah ilmu, dan tak tahu bagaimana memanfaatkan ilmu tersebut dalam kehidupan praktis sehari-hari. Makanya, tak heran bila kita temui banyak orang Indonesia yang berkarir atau bekerja yang tak sesuai dengan disiplin ilmu yang ia tuntut.
Kelima, kusutnya sistem perundangan dan birokrasi yang menghambat proses berkembangnya iklim wirausaha. Menjadi pengusaha di Indonesia tidaklah mudah. Iklim bisnis tak banyak mendukung. Mendirikan perusahaan baru saja sulitnya bukan main. Niat pemerintah Indonesia untuk menumbuhkembangkan usaha kecil dan menengah belum mampu disambut dan diteruskan oleh pemerintah daerah dengan baik. Sehingga upaya ini masih terkesan setengah hati.
Dan, terakhir, adanya hambatan lain yang bersifat pribadi berupa mental yang tidak siap bersaing dalam bisnis, moral, karakter, fisik, dan tradisi, juga ikut menghambat perkembangan dunia wirausaha.
Kendala-kendala ini, tentu saja tak harus menjadi alasan yang menahun. Disamping iklim wirausaha yang kondusif yang harus mulai secara pelan-pelan distimulasi oleh pemerintah, sikap mental produktif dan sifat wirausahawan yang baik juga harus dimiliki oleh seseorang yang berkeinginan merintis usaha. Sehingga, dengan tumbuhnya iklim usaha yang baik, akan memacu pertumbuhan ekonomi Indonesia selanjutnya.

C.6 Motivasi
Didalam berwirausaha motivasi yang perlu dikembangkan motifasi berprestasi dan berafiliansiuntuk menimbulkan motifasi tersebut perlu informasi yang cukup mengenai keuntungan dalam berwirausaha yang pertama, gaji seorang wirausaha sangat besar jika kita mau kerja keraskedua, kita bisa mengatur waktu sendiri dan bebasketiga, hidup penuh tantangan mengasikkansetelah kita mengerti enaknya sebagai wirausahawanmaka langkah awal untuk memulai adalah cari informasi sebanyak-banyaknya mengenai berwirausahasetelah tau, kita dapat memilih minat kita apakah kita sebagai wirausahawan yang menawarkan produk atau wirausahawan yang bergerak dibidang jasa atau gabungan dari penawaran produk dan jasa.atau mungkin menjadi orang yang menawarkan konsepyang berpotensi tinggi sehingga menghasilkan pendapatan besar
motivasi, berikut pengertian motivasi menurut beberapa para ahli manajemen sumber daya manusia, diantaranya yaitu:
• Pengertian motivasi menurut Wexley & Yukl adalah pemberian atau penimbulan motif, dapat pula diartikan hal atau keadaan menjadi motif.
• Sedangkan menurut Mitchell motivasi mewakili proses- proses psikologikal, yang menyebabkan timbulnya, diarahkanya, dan terjadinya persistensi kegiatan- kegiatan sukarela yang diarahkan ke tujuan tertentu.
• Gray lebih suka menyebut pengertian motivasi sebagai sejumlah proses, yang bersifat internal, atau eksternal bagi seorang individu, yang menyebabkan timbulnya sikap antusiasme dan persistensi, dalam hal melaksanakan kegiatan- kegiatan tertentu.
• Morgan mengemukakan bahwa motivasi bertalian dengan tiga hal yang sekaligus merupakan aspek- aspek dari motivasi. Ketiga hal tersebut adalah: keadaan yang mendorong tingkah laku, tingkah laku yang di dorong oleh keadaan tersebut, dan tujuan dari pada tingkah laku tersebut.
• McDonald memilih pengertian motivasi sebagai perubahan tenaga di dalam diri seseorang yang ditandai oleh dorongan efektif dan reaksi- reaksi mencapai tujuan. Motivasi merupakan masalah kompleks dalam organisasi, karena kebutuhan dan keinginan setiap anggota organisasi berbeda satu dengan yang lainnya. Hal ini berbeda karena setiap anggota suatu organisasi adalah unik secara biologis maupun psikologis, dan berkembang atas dasar proses belajar yang berbeda pula.
• Chung dan Megginson yang dikutip oleh Faustino Cardoso Gomes, menerangkan bahwa pengertian motivasi adalah tingkat usaha yang dilakukan oleh seseorang yang mengejar suatu tujuan dan berkaitan dengan kepuasan kerja dan perfoman pekerjaan.
• T. Hani Handoko mengemukakan bahwa motivasi adalah keadaan pribadi seseorang yang mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatan tertentu guna mencapai tujuan.
• A. Anwar Prabu Mangkunegara, memberikan pengertian motivasi dengan kondisi yang berpengaruh membangkitkan, mengarahkan dan memelihara prilaku yang berubungan dengan lingkungan kerja.
• H. Hadari Nawawi mendefinisikan motivasi sebagai suatu keadaan yang mendorong atau menjadi sebab seseorang melakukan sesuatu perbuatan atau kegiatan yang berlangsung secara sadar.
• Lain lagi dengan Henry Simamora, pengertian motivasi menurutnya adalah Sebuah fungsi dari pengharapan individu bahwa upaya tertentu akan menghasilkan tingkat kinerja yang pada gilirannya akan membuahkan imbalan atau hasil yang dikehendaki.
• Soemanto secara umum mendefinisikan motivasi sebagai suatu perubahan tenaga yang ditandai oleh dorongan efektif dan reaksi- reaksi pencapaian tujuan. Karena kelakuan manusia itu selalu bertujuan, kita dapat menyimpulkan bahwa perubahan tenaga yang memberi kekuatan bagi tingkahlaku mencapai tujuan,telah terjadi di dalam diri seseorang.

B.7 Teori Motivasi Hirarki
Teori Motivasi Abraham Maslow: Hirarki Kebutuhan Maslow mengembangkan teori tentang bagaimana semua motivasi saling berkaitan. Ia menyebut teorinya sebagai “hirarki kebutuhan”. Kebutuhan ini mempunyai tingkat yang berbeda-beda. Ketika satu tingkat kebutuhan terpenuhi atau mendominasi, orang tidak lagi mendapat motivasi dari kebutuhan tersebut. Selanjutnya orang akan berusaha memenuhi kebutuhan tingkat berikutnya. Maslow membagi tingkat kebutuhan manusia menjadi sebagai berikut:
1. Kebutuhan fisiologis: kebutuhan yang dasariah, misalnya rasa lapar, haus, tempat berteduh, seks, tidur, oksigen, dan kebutuhan jasmani lainnya.
2. Kebutuhan akan rasa aman: mencakup antara lain keselamatan dan perlindungan terhadap kerugian fisik dan emosional.
3. Kebutuhan sosial: mencakup kebutuhan akan rasa memiliki dan dimiliki, kasih sayang, diterima-baik, dan persahabatan.
4. Kebutuhan akan penghargaan: mencakup faktor penghormatan internal seperti harga diri, otonomi, dan prestasi; serta faktor eksternal seperti status, pengakuan, dan perhatian.
5. Kebutuhan akan aktualisasi diri: mencakup hasrat untuk makin menjadi diri sepenuh kemampuannya sendiri, menjadi apa saja menurut kemampuannya.
Maslow menyebut teori Hirarki Kebutuhan-nya sendiri sebagai sintesis atau perpaduan teori yang holistik dinamis. Disebut demikian karena Maslow mendasarkan teorinya dengan mengikuti tradisi fungsional James dan Dewey, yang dipadu dengan unsur-unsur kepercayaan Wertheimer, Goldstein, dan psikologi Gestalt, dan dengan dinamisme Freud, Fromm, Horney, Reich, Jung, dan Adler.
Bagaimana identifikasi atas tiap kebutuhan di atas dan dampaknya terhadap motivasi yang mempengaruhi kinerja individu dalam organisasi akan dijelaskan dalam berikutnya.
B. 8 Keperibadian
Memahami tipe kepribadian sangat membantu memahami perbedaan dan keberagaman, memahami bahawa setiap orang memiliki nilai sendiri, memahami setiap orang mempunyai kekuatan dan keistimewaan sendiri, dan setiap orang hendaknya diperlakukan dengan baik dan hormat. Relevansi antara kasih dan spiritualitas, terutama dalam bekerja, akan lebih mudah dilihat dan dijelaskan bila kita mengerti bahwa perbedaan setiap manusia biasanya berdasar pada kepribadian ( personality-based). Orang sangat jarang sengaja menyebabkan orang lainmarah - tetapi itu hanya karena mereka berperilaku berbeda karena mereka berbeda. Selama ini tidak ada satupun definisi subtansif tentang kepribadian dapat diberlakukan secara umum. Jadi dapat disimpulkan bahwa kepribadian dapat diberlakukan oleh konsep inpiris tertentu yang merupakan bagian dari teori kepribadian yang dipakai oleh seorang pemerhati.
Kepribadian secara konkrit meliputi serangkaian istilah-istilah deskritif yang menggamnbarka individu yang diteliti berdasarkan varibel-variabel atau dimensi-dimensi yang menempati posisi penting dalam teori tertentu yang digunakan.
Kepribadian manusia itu terdiri dari id, ego dan superego. Id adalah komponen kepribadian yang berisi impuls agresif dan libinal, dimana sistem kerjanya dengan prinsip kesenangan “pleasure principle”. Ego adalah bagian kepribadian yang bertugas sebagai pelaksana, dimana sistem kerjanya pada dunia luar untuk menilai realita dan berhubungan dengan dunia dalam untuk mengatur dorongan-dorongan id agar tidak melanggar nilai-nilai superego. Superego adalah bagian moral dari kepribadian manusia, karena ia merupakan filter dari sensor baik- buruk, salah- benar, boleh- tidak sesuatu yang dilakukan oleh dorongan ego.
Gerald Corey menyatakan dalam perspektif aliran Freud ortodoks, manusia dilihat sebagai sistem energi, dimana dinamika kepribadian itu terdiri dari cara-cara untuk mendistribusikan energi psikis kepada id, ego dan super ego, tetapi energi tersebut terbatas, maka satu diantara tiga sistem itu memegang kontrol atas energi yang ada, dengan mengorbankan dua sistem lainnya, jadi kepribadian manusia itu sangat ditentukan oleh energi psikis yang menggerakkan.
Menurut Calvil S. Hall dan Lindzey, dalam psikodinamika masing-masing bagian dari kepribadian total mempunyai fungsi, sifat, komponen, prinsip kerja dinamika dan mekanisme tersendiri, namun semuanya berinteraksi begitu erat satu sama lainnya, sehingga tidak mungkin dipisahkan. Id bagian tertua dari aparatur mental dan merupakan komponen terpenting sepanjang hidup. Id dan instink-instink lainnya mencerminkan tujuan sejati kehidupan organisme individual. Jadi id merupakan pihak dominan dalam kemitraan struktur kepribadian manusia.
Menurut S. Hall dan Lindzey, dalam Sumadi Suryabarata, cara kerja masing-masing struktur dalam pembentukan kepribadian adalah: (1) apabila rasa id-nya menguasai sebahagian besar energi psikis itu, maka pribadinya akan bertindak primitif, implusif dan agresif dan ia akan mengubar impuls-impuls primitifnya, (2) apabila rasa ego-nya menguasai sebagian besar energi psikis itu, maka pribadinya bertindak dengan cara-cara yang realistik, logis, dan rasional, dan (3) apabila rasa super ego-nya menguasai sebagian besar energi psikis itu, maka pribadinya akan bertindak pada hal-hal yang bersifat moralitas, mengejar hal-hal yang sempurna yang kadang-kadang irrasional.
Jadi untuk lebih jelasnya sistem kerja ketiga struktur kepribadian manusia tersebut adalah: Pertama, Id merupakan sistem kepribadian yang orisinil, dimana ketika manusia itu dilahirkan ia hanya memiliki Id saja, karena ia merupakan sumber utama dari energi psikis dan tempat timbulnya instink. Id tidak memiliki organisasi, buta, dan banyak tuntutan dengan selalu memaksakan kehendaknya. Seperti yang ditegaskan oleh A. Supratika, bahwa aktivitas Id dikendalikan oleh prinsip kenikmatan dan proses primer.
Kedua, Ego mengadakan kontak dengan dunia realitas yang ada di luar dirinya. Di sini ego berperan sebagai “eksekutif” yang memerintah, mengatur dan mengendalikan kepribadian, sehingga prosesnya persis seperti “polisi lalulintas” yang selalu mengontrol jalannya id, super- ego dan dunia luar. Ia bertindak sebagai penengah antara instink dengan dunia di sekelilingnya. Ego ini muncul disebabkan oleh kebutuhan-kebutuhan dari suatu organisme, seperti manusia lapar butuh makan. Jadi lapar adalah kerja Id dan yang memutuskan untuk mencari dan mendapatkan serta melaksanakan itu adalah kerja ego. Sedangkan yang ketiga, superego adalah yang memegang keadilan atau sebagai filter dari kedua sistem kepribadian, sehingga tahu benar-salah, baik-buruk, boleh-tidak dan sebagainya. Di sini superego bertindak sebagai sesuatu yang ideal, yang sesuai dengan norma-norma moral masyarak
Kesimpulan
Pengertian Kewirausahaan berasal dari kata enterpteneur yang berarti orang yang membeli barang dengan harga pasti meskipun orang itu belum mengetahui berapa harga barang yang akan dijual. Wirausaha sering juga disebut wiraswasta yang artinya sifat-sifat keberanian, keutamaan, keteladanan dalam mengambil resiko yang bersumber pada kemampuan sendiri. Meski demikian wirausaha dan wiraswasta sebenarnya memiliki arti yang berbeda . Wiraswasta tidak memiliki visi pengembangan usaha sedangkan wirausaha mampu terus berkembang dan mencoba usaha lainnya.
Istilah wiraswasta berasal dari dua kata, yakni ‘wira’ dan ‘swasta’. Wira memiliki arti berani, utama, atau perkasa. Sedangkan swasta ternyata juga berasal dari dua kata, yakni ‘swa’ dan ‘sta’. Swa artinya sendiri, dan sta, berarti berdiri. Jadi, swasta bisa dimaknai berdiri di atas kekuatan sendiri. (Wasty Soemanto, 1984 : 43).
Dengan melihat arti etimologis di atas bisa diambil pengertian wiraswasta ialah keberanian, keutamaan, atau keperkasaan dalam berusaha dengan bersandar pada kekuatan sendiri. didalam berwirausaha
Motivasi yang perlu dikembangkan motifasi berprestasi dan berafiliansi untuk menimbulkan motifasi tersebut perlu informasi yang cukup mengenai keuntungan dalam berwirausaha yang pertama, gaji seorang wirausaha sangat besar jika kita mau kerja keras kedua, kita bisa mengatur waktu sendiri dan bebas ketiga, hidup penuh tantangan mengasikkan setelah kita mengerti enaknya sebagai wirausahawan maka langkah awal untuk memulai adalah cari informasi sebanyak-banyaknya mengenai berwirausaha setelah tau, kita dapat memilih minat kita apakah kita sebagai wirausahawan yang menawarkan produk atau wirausahawan yang bergerak dibidang jasa atau gabungan dari penawaran produk dan jasa.atau mungkin menjadi orang yang menawarkan konsepyang berpotensi tinggi sehingga menghasilkan pendapatan besar.
Maslow mengembangkan teori tentang bagaimana semua motivasi saling berkaitan. Ia menyebut teorinya sebagai “hirarki kebutuhan”. Kebutuhan ini mempunyai tingkat yang berbeda-beda. Ketika satu tingkat kebutuhan terpenuhi atau mendominasi, orang tidak lagi mendapat motivasi dari kebutuhan tersebut. Selanjutnya orang akan berusaha memenuhi kebutuhan tingkat berikutnya

DAFTAR PUSTAKA
Cangara, Hafied. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT RajaGafindo Persada, 2007
Mulyana, Deddy. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007
Effendy, Onang Uchjana. 2004. Ilmu komunikasi: teori dan praktek. Bandung: Remaja Rosdakarya
Meredith G. 2000. Kewirausahaan Teori dan Praktek. Jakarta: Pustaka Binaman Pressindo.
Partadireja, Ace. 1995. Manajemen Koperasi. Jakarta: Bhratara
http://testiani170885.wordpress.com/2009/07/18/komunikasi-antarpersona-interpersonal-communication/
http://jurnalskripsi.com/search/contoh+komunikasi+antar+budaya+dalam+iklan+coca-cola